Selasa, 16 Agustus 2011

Menjadi Lebih Baik

Manusia ingin hidupnya normal. Manusia ingin hidup sesuai dengan kepribadiannya yang sesungguhnya. Karena itu, manusia tidak ingin memerankan diri orang lain. Ia ingin tampil seperti apa adanya. Namun kadang-kadang hal ini sulit terjadi. Mengapa? Karena orang ingin bermain peran. Orang juga ingin memerankan diri orang lain. Akibatnya, yang tampil bukan dirinya sendiri. Yang tampil adalah diri orang lain.

Cate Blanchett berharap bisa jadi sosok yang sedikit lebih misterius. Aktris berusia 42 tahun yang main di film Robin Hood ini mulai merasa kuatir kehidupan pribadinya diekspos terlalu banyak. Akibatnya, penggemarnya kesulitan membedakan antara dia sebagai pribadi dan karakter yang diperankannya. Dia lebih senang dikenal karena pekerjaannya.

Ia berkata, "Secara pribadi, aku senang menjadi 'bunglon'. Bisa memainkan banyak peran. Tapi aku mulai bertanya-tanya, jangan-jangan aku sudah diekspos terlalu banyak sebagai Cate Blanchett, bukan karakter yang kuperankan."

Cate Blanchett pernah meraih penghargaan tertinggi di dunia film, yaitu piala Oscar. Ibu tiga orang anak ini berkata, "Memang menyenangkan bicara tentang menjadi seorang ibu, tentang suamiku, dan hal pribadi lainnya. Tapi, aku lebih senang orang fokus pada pekerjaanku. Aku tak mau menjadi apa yang kusebut sebagai penampil kepribadian dan berharap kalian melihat diriku, bukan karakterku di layar lebar."

Sahabat, tentu saja setiap dari kita ingin memerankan diri kita sendiri. Kita ingin menjadi diri kita sandiri. Kita tidak ingin memerankan kepribadian orang lain. Kita tidak ingin memiliki kepribadian ganda.

Karena itu, apa yang mesti kita buat? Yang mesti kita buat adalah pertama-tama kita menerima diri kita apa adanya. Kita tidak boleh menolak kepribadian yang sudah kita miliki itu. Dengan kepribadian yang kita miliki itu, kita berusaha untuk mengembangkannya semaksimal mungkin. Kita kembangkan diri kita menjadi orang yang kuat bertahan dalam perubahan-perubahan zaman. Kita tahu bahwa arus zaman dapat menjadi tantangan bagi kita dalam mengekslporasi kepribadian kita.

Hal berikutnya yang perlu kita lakukan adalah kita tidak perlu tergoda untuk menjadi diri orang lain. Belum tentu kepribadian orang lain yang kita lihat baik itu cocok dengan diri kita. Bisa saja hal itu menjadi jebakan bagi kita, sehingga kita tidak dapat bertumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

Yang mesti kita lakukan adalah kita berusaha untuk menjadi lebih baik. Ini pangilan semua orang. Dengan cara-cara yang baik yang kita tempuh, kita ingin menjadi lebih baik lagi dalam perjalanan hidup kita. Kita tahu bahwa usaha untuk menjadi lebih baik itu tidak gampang. Ada banyak tantangan dan rintangan. Ada banyak jalan berliku yang mesti kita lewati.

Sebagai orang beriman, kita berusaha bersama Tuhan untuk memiliki kepribadian yang lebik. Sambil berusaha, kita mohon bantuan Tuhan, agar kita dibimbing untuk menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/

Senin, 15 Agustus 2011

Berusaha Belaku Benar dan Jujur

Menjadi kaya raya memang tak dilarang. Namun, kalau mendadak jadi paling kaya, ya, itu yang bikin orang tercengang. Pemerintah pun jadi curiga. Ini kisah seorang terkaya di China yang harus mendekam di balik jeruji.

Namanya Huang Guangyu. Beberapa waktu lalu duitnya yang sejumlah 6,3 milyar dollar Amerika Serikat itu dituduh merupakan hasil manipulasi. Huang ikut bermain di pasar saham. Soalnya adalah cara yang dilakukannya adalah ilegal. Untuk dapat selalu menang, ia sering menggeluarkan uang suap.

Huang adalah bos besar grup Gome yang merupakan toko elektronik terbesar kedua di China. Akibat perbuatannya itu, pihak pemerintah menangkap Huang. Dugaannya adalah ia memanipulasi dua perusahaan masuk bursa saham, yakni Snlian Comersial Co dan Beijing Centergate Techonolgies Co.

Menurut hakim yang mengadilinya, Huang terbukti bersalah melakukan penyuapan pajak, bisnis saham ilegal. Ia juga memanipulasi bursa saham. Karena itu, selain masuk bui, ia juga harus membayar denda 600 juta yuan atau setara dengan 88 juta dollar AS.

Huang dituduh menawarkan uang suap sebesar 4,56 juta yuan atau sekitar 667.000 dollar AS kepada sejumlah pejabat. Pengadilan atas Huang merupakan kasus pertama terhadap orang kaya di China dan sekaligus mempresentasikan suatu pengadilan terhadap dunia swasta. Hal itu menunjukkan bahwa siapa pun warga China yang melakukan kejahatan, termasuk orang penting, harus diperlakukan sama di muka hukum.

Sahabat, sudahkah Anda mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum? Bukankah berbagai persoalan yang terjadi di negeri ini, karena yang kuat selalu menindas yang lemah? Bukankah manipulasi dan korupsi masih menjadi momok yang menakutkan di negeri ini?

Beberapa waktu lalu kita menyaksikan seorang nenek tua renta mesti mendekam di penjara lantaran mencuri beberapa buah kakao. Ia harus mengalami penderitaan atas apa yang dialaminya. Namun bagaimana dengan mereka yang telah menilap uang rakyat miliaran rupiah? Sudahkah mereka mendapatkan perlakuan hukum yang sama dengan nenek itu?

Kalau kita merefleksikan lebih dalam, kita mesti mengakui bahwa di negeri ini keadilan masih jauh dari harapan masyarakat. Akibatnya, sering kita saksikan ada penghakiman massa terhadap penjahat dan kejahatan yang dilakukan. Masyarakat mengambil inisiatif sendiri untuk menuntut kesamaan hak di muka hukum.

Kiranya kisah tadi memberi inspirasi bagi kita semua untuk berlaku benar dan jujur. Cara-cara yang melawan hukum mesti disingkirkan oleh setiap warga negara, agar kehidupan bersama menjadi lebih baik. Kalau kita ingin kesejahteraan terjadi dalam kehidupan kita, maka kita harus meninggalkan cara-cara yang melanggar hukum. Dengan demikian, hidup kita menjadi damai dan bahagia. Kita tidak perlu diseret ke meja hijau untuk diadili. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ
http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/

Sabtu, 13 Agustus 2011

Mengejar Kesuksesan

Namanya Sichiro Honda. Ia bukan berasal dari keluarga kaya. Ia berasal dari keluarga miskin. Sebenarnya kondisi seperti itu sudah menjadi kesimpulan bahwa ia akan tetap menjadi orang miskin. Apalagi prestasinya di sekolah terhitung sangat rendah. Ia tidak suka membaca. Ia termasuk anak yang nakal dan suka bolos. Akibatnya, hasil ulangannya selalu buruk.

Namun ketika duduk di kelas lima, bakat Soichiro dalam bidang sains mulai terlihat. Bahkan setiap kali pengajarnya memberikan pertanyaan, dengan mudah ia menjawab pertanyaan itu. Sayang, Soichiro hanya mampu menikmati bangku pendidikan hingga sekolah menengah pertama. Namun ia tidak mau menyesali nasibnya itu. Ia lalu memutuskan untuk melamar pekerjaan dan diterima sebagai montir.

Sewaktu saya bekerja sebagai pegawai rendahan (montir), saat itu benar-benar merupakan ujian ketabahan yang paling berat, yang pernah dihidupi seumur hidup saya. Namun di masa-masa setelah itu saya tidak takut lagi menghadapi rintangan apa pun berkat ketabahan saya selama menjdai kacung."

Ketabahan, ketekunan dan kerja kerasnya itu pun membuahkan hasil. Soichiro menjadi bos industri motor dan mobil Jepang bermerek terkenal 'Honda'.

Sahabat, kisah sukses Soichiro Honda mungkin satu dari sekian juta keberhasilan manusia. Banyak orang berdecak kagum mendengar kisah sukses Soichiro Honda ini. Bagaimana mungkin seorang montir rendahan bisa menjadi seorang taipan otomotif? Apalagi mereka otomotif yang dimilikinya bukan sembarangan. Namanya sendiri telah ia bubuhkan untuk merek otomotif tersebut, yaitu Honda.

Mungkin banyak orang berpikir bahwa Honda yang sekarang menjadi salah satu kendaraan yang merajai dunia itu tumbuh dari kebesaran. Ternyata tidak. Honda itu tumbuh dari seorang bernama Soichiro. Ia membangunnya dari kerja keras penuh ketekunan dan kesabaran.

Kisah ini mau mengatakan kepada kita bahwa kesuksesan tidak diraih dengan hanya bermimpi. Kesuksesan diraih melalui kerja keras. Orang mesti melewati berbagai macam rintangan dan tantangan untuk meraih sukses. Orang mesti membangun kesuksesan itu dari berkali-kali jatuh dan bangun kembali.

Karena itu, orang mesti berjuang untuk meraih kesuksesan. Orang tidak perlu menunggu kesuksesan itu mendatanginya. Tetapi orang mesti mengejar kesuksesan itu. Caranya adalah dengan bekerja keras dengan penuh ketabahan. Ketika orang mengalami kegagalan dalam usahanya, orang tidak perlu meratapinya. Yang mesti dilakukan adalah orang mesti bangun kembali dengan menganalisa kelemahan-kelemahannya. Orang mesti berusaha menemukan titik-titik kegagalan itu untuk membuat strategi-strategi baru.

Sebagai orang beriman, usaha kita mengejar kesuksesan dan kebahagiaan tentu selalu bersama Tuhan. Kita yakin bahwa Tuhan dapat membantu kita dalam usaha-usaha kita merebut kesuksesan itu. Karena itu, mari kita sertakan Tuhan dalam usaha-usaha kita. Dengan demikian, kebahagiaan menjadi bagian hidup kita. Tuhan memberkati. **

Frans de Sales, SCJ

Jumat, 12 Agustus 2011

Berani Mengorbankan Hidup

Menjelang pertengahan bulan, pusing mulai melanda seorang bapak. Pekerja kontrak di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta ini harus memikirkan biaya tambahan bagi anak keduanya yang baru saja lulus SMP. Anaknya itu harus melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMA. Artinya, ia mesti menyiapkan biaya tambahan untuk sang anak. Padahal gaji pria berusia 42 tahun ini tidak besar.

"Kalau masuk SMA swasta, uang masuk sekitar Rp 2 juta. Kalau ke sekolah negeri, belum tentu dapat. Ah, pusing," kata bapak yang sehari-hari bertugas membersihkan salah satu bagian selasar rumah sakit itu.

Sebagai pegawai lepas, ia diupah Rp 41.000 per hari. Kalau absen, melayanglah upah hari itu. Bila dikumpulkan, ia menerima sekitar Rp 1,2 juta per bulan. Uang itulah yang menjadi satu-satunya sumber keluarga lantaran istrinya tidak bekerja. Dengan uang itu, ia menghidupi istri dan empat orang anaknya. Mereka memilih tinggal di Citayam, karena biaya hidup di daerah ini lebih murah ketimbang di Jakarta, termasuk biaya sekolah.

Setiap bulan, keluarga ini menyisihkan Rp 200.000 untuk iuran pendidikan dua anak mereka yang duduk di kelas III SMP dan I SD. Sisanya digunakan untuk makan dan transportasi bapak itu ke tempat kerja.

Sahabat Sonora, kehidupan manusia ternyata tidak segampang yang dipikirkan banyak orang. Apalagi hidup yang dialami mereka yang berpenghasilan pas-pasan. Mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar hidup mereka. Mereka harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan sesuap nasi.

Kisah Yudi tadi menunjukkan kepada kita bahwa usaha keras mesti ia lakukan demi keberhasilan anak-anaknya. Ia mesti mengorbankan hidupnya demi orang-orang yang disayanginya. Ada tantangan yang mesti ia hadapi. Ada rintangan yang mesti ia lewati. Dan ketika ia berhasil melewati rintangan-rintangan itu, ia akan mengalami sukacita. Kegembiraan menjadi bagian dari hidupnya.

Tentu saja suatu kesuksesan dalam hidup diraih melalui korban. Orang mengatakan bahwa keberhasilan itu diraih berkat tetes-tetes airmata yang dicucurkan. Orang yang mau berhasil tanpa berkorban hanyalah bermimpi.

Orang yang mencintai sesamanya tanpa berkorban juga hanyalah suatu mimpi. Karena itu, orang yang sungguh-sungguh mencintai sesamanya mesti berani mengorbankan hidupnya bagi yang dicintainya itu.

Karena itu, orang beriman mesti berani mengorbankan hidupnya demi kebaikan hidup sesamanya. Ketika seseorang mengorbankan hidupnya demi mereka yang dicintainya, ia akan menemukan hidup ini menjadi lebih bermakna. Hidup ini menjadi lebih indah. Mari kita berusaha untuk terus-menerus berkorban demi mereka yang kita cintai. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin indah dan damai. Hidup ini bukan menjadi beban, tetapi menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

Kamis, 11 Agustus 2011

Menyadari Kehadiran Tuhan dalam Hidup

Masih adakah mukjijat dalam hidup kita? Apakah Tuhan masih memperhatikan hidup kita? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sering timbul tenggelam dalam hidup kita. Apalagi ketika kita mengalami penderitaan.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini muncul dalam hidup kita. Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan seperti ini merupakan cerminan ketidakpercaayaan karena musibah yang kita alami. Dalam kondisi terpuruk seperti itu, kita bisa mempertanyakan kebaikan Tuhan. Kita mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Namun dalam perjalanan hidup manusia kita mesti mengatakan bahwa Tuhan masih tetap hadir dalam hidup kita. Hal ini terjadi dalam hidup seorang bocah berusia 9 tahun bernama Ruben van Assouw. Ia adalah satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan pesawat di Tripoli, Libya, pada Rabu, tanggal 12 Mei 2010. Ia ditemukan hidup di puing-puing pesawat Airbus A330 milik Afriqiyah Airways itu. Pesawat itu jatuh saat hendak mendarat di Tripoli dalam penerbangan dari Johannesburg. Kecelakaan itu sendiri menewaskan 103 penumpangnya.

Bukankah hal ini menunjukkan bahwa Tuhan masih ada? Bukankah Tuhan masih tetap menemani perjalanan hidup manusia? Karena itu, Daily Mail, sebuah harian di Inggris, memberi judul Anak Ajaib saat menulis tentang Ruben. Atau Harian Bild dari Jerman memberi judul Keajaiban dari Tripoli.

Mengapa terjadi keajaiban? Karena Tuhan hadir. Tuhan memberikan perlindungan kepada umatNya. Keajaiban itu terjadi karena Tuhan tidak mau membiarkan manusia binasa begitu saja. Tuhan mau mengatakan kepada manusia bahwa Tuhan tetap peduli terhadap kehidupan. Ruben menjadi saksi kebaikan Tuhan itu. Ruben menjadi tanda bahwa Tuhan tetap mencintai manusia.

Sahabat, apakah Anda juga merasakan kebaikan Tuhan, ketika Anda sedang mengalami musibah? Ketika Anda mengalami bahwa hidup ini begitu penat oleh berbagai beban kehidupan, apakah Anda masih merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup Anda? Atau justru sebaliknya, Anda justru tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam pergulatan hidup Anda?

Tentu saja saya yakin, Anda masih merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup Anda. Tuhan hadir dalam berbagai cara, ketika Anda mengalami musibah dalam hidup ini. Tuhan hadir melalui orang-orang yang membantu Anda dalam musibah itu. Misalnya, Anda mengalami kecelakaan lalulintas, ada orang-orang yang dengan tulus hati membawa Anda ke rumah sakit. Ada orang-orang yang merawat dan menjaga Anda. Mereka memperhatikan keselamatan jiwa Anda.

Sebagai orang beriman, kita yakin bahwa Tuhan punya seribu satu cara untuk menghadirkan diri dalam hidup kita. Kehadiran Tuhan itu melulu demi kebahagiaan kita. Karena itu, yang mesti kita sadari adalah kebaikan Tuhan yang senantiasa melimpah bagi hidup kita. Kasih Tuhan tetap menyertai perjalanan hidup kita. Untuk itu, hidup kita sendiri mesti menjadi saksi kebaikan Tuhan. Hidup kita sendiri mesti menampakkan kasih Tuhan terhadap manusia. Mari kita tetap menghidupi kasih Tuhan dalam hidup kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ